Langsung ke konten utama

Banjir Jakarta dan Manado Hukuman atau Ujian atau Bukan Keduanya

Indoshared - Sebagai sesama warga Negara Indonesia, sungguh turut prihatin melihat kondisi jakarta saat ini, dimana hampir sebagian wilayah Jakarta lumpuh akibat banjir bandang yang menerjang. Kita semua seharusnya memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan kita, bagi yang memiliki uang lebih sumbanglah mereka dengan uang, atau dengan barang, atau dengan tenaga, atau dengan pikiran atau dengan do'a.

Apakah anda semua sependapat bahwa Tidak ada satupun kejadian yang bukan Kehendak Tuhan?, apakah anda sependapat bahwa Hujan sepenuhnya adalah Kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa?. Jika anda sependapat, lantas apakah anda selalu menyadari dan menghubungkan kejadian demi kejadian kepada Tuhan Yang Menciptakan Alam Semesta beserta Seluruh Isinya?, Jika iya, mengapa tidak terlihat ada ulasan baik di media televisi, koran dan lain sebagainya yang mengatakannya?, Jika anda sependapat maka, menurut anda Banjir Jakarta dan Manado Hukuman atau Ujian atau Bukan Keduanya.

Buat semuanya saja termasuk penulis sendiri, Marilah kita sadarkan diri kita baik dengan rela maupun terpaksa, bahwa Banjir Bandang Menerjang Jakarta dan Manado adalah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Memang Banjir adalah efek dari kurangnya hutan lindung, banjir adalah efek dari kurang tersedianya saluran air diperkotaan yang padat penduduk, banjir berakibat dari banyaknya sungai yang tidak tertuju dengan lancar ke lautan, dan berbagai pemahaman ilimiah lainnya, semua juga tahu akan hal itu, tapi sebagai manusia yang berakal dan berpikir yang memiliki keyakinan Ketuhanan, Pernahkah kita sadari, bahwa apapun kondisinya, Jika Tuhan tidak menurunkan hujan yang sangat deras dalam waktu yang lama, terus mau apa?, atau sebaliknya, meskipun sudah ditata sedemikian rupa, tapi kalau Tuhan menurunkan hujan lebat selama tujuh hari tujuh malam dan ketinggian air laut sudah melebihi daratan terus mau apa?. Marilah saudara sebangsa dan setanah air, kita akui bahwa semua ini adalah Kehendak Tuhan, bukan hanya Jakarta dan Manado, kota lainnya pun bisa, terjadi jika Tuhan menghendakinya. Untuk Jakarta dan Manado Bersabarlah dan Bagi lainnya yang tidak terendam banjir Bersyukurlah. Dan marilah kita instropeksi, dan Jangan Hanya Mengandalkan Otak Untuk Mensikapi Banjir, karena kita harus mempelajari apapun yang terjadi dan dijadikan guru untuk masa mendatang, khususnya peristiwa hebat ini sebenarnya Banjir Jakarta dan Manado Hukuman atau Ujian atau Bukan Keduanya.

Kepada Para Pejabat Mulai dari Presiden, Gubernur DKI Jakarta, dan yang terkait, marilah kita sadari bahwa sebagai manusia yang diwajibkan untuk berupaya, marilah kita melakukan upaya semaksimal mungkin meliputi penggunaan pikiran untuk mencari cara bagaimana mengantisipasi banjir, menggunakan jasmani untuk melakukan cara yang sudah ditetapkan oleh otak dengan sangat maksimal. Benar-benar salut untuk Gubernur Idola The Jokowi, yang terlihat sekali totalitasnya terhadap tugas dan kewajibannya, namun jangan hanya mengandalkan Otak (Konsep/Strategi/Cara) dan Jasad (Implementasi/Pelaksanaan), tapi gunakan juga Hati (Keyakinan/Spiritual), upayakan dengan ketiganya (Otak, Jasad dan Hati), lakukan dengan sangat maksimal, dan selanjutnya serahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sadarilah akan segala kesalahan yang telah diperbuat seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya untuk pihak-pihak yang mempengaruhi hajat hidup warga negara, semakin besar seseorang atau lembaga atau golongan atau pihak yang mempengaruhi kehidupan orang banyak, maka bobot kesalahan dan hukuman juga jauh lebih besar dari orang yang tidak seberapa berpengaruh. Mohon maaf misalnya Pejabat Koruptor, korupsi adalah mencuri atau merampok uang negara, bukan uang swasta, uang negara adalah uang dari pajak, pajak diambil dari masyarakat yang hidupnya bermacam-macam, ada yang sangat miskin, miskin, menengah, kaya, hingga sangat kaya. Orang miskin yang membanting tulang dan membayar pajak ke Negara, dan di Negara uang di korupsi atau dicuri atau dirampok, itu adalah kesalahan yang sangat besar, dan entah bagaimana cara Tuhan mengampuninya, sementara Tuhan baru mengampuni dosa seseorang atas kesalahan terhadap seseorang, setelah seseorang yang menyalahi itu meminta maaf dengan tulus ikhlas kepada seseorang yang disalahi dan orang yang disalahi itu juga memaafkan dengan tulus ikhlas, tanpa itu Tuhan tidak bisa mengampuni, kecuali sudah meminta maaf dengan tulus dan ikhlas dengan sangat bersungguh-sungguh dan tetap tidak mendapatkan maaf dari orang yang disalahi, makan Tuhan adalah Dzat Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.

Contoh lain, sekali lagi mohon maaf, Para artis yang sebagian besar hidup di Jakarta, artis memang bukan pejabat, artis memang tidak pernah korupsi, memang kecuali artis yang masuk ke Pemerintahan, memang, semua juga tahu. Tapi apakah kita pernah berpikir, bahwa korupsi itu hanyalah soal uang, sementara kehidupan ini bukan hanya soal uang. Artis adalah orang atau golongan atau pihak yang sangat mempengaruhi masyarakat luas, apa yang mereka omongkan menjadi ilmu bagi generasi bangsa, apa yang mereka lakukan menjadi ilmu dan pedoman bagi generasi bangsa, tidak penting disengaja atau tidak, tidak penting artis menyuruh atau tidak, tapi mereka adalah Penyedia Konsumsi Otak Terbesar bagi Generasi Bangsa. Satu tindakan saja misalnya melumrahkan perceraian, akan berimbas bagi jutaan orang yang menontonnya, dan itu bobot kesalahannya sangat besar. Seorang pembunuh berdosa besar, khusus untuk satu orang yang dibunuh dan keluarganya. Tampilan tidak layak dan tidak seharusnya sekali saja, akan masuk ke otak jutaan anak manusia generasi bangsa dan menjadi opini tersirat yang akan menjadi rumus prilaku kehidupan, maka entah bagaimana cara Tuhan mengampuni kesalahan seperti itu.

Tidak adanya upaya Perbaikan Moral yang didasari Ketuhanan Yang Maha Esa, sesuai dengan Pancasila Ayat Pertama, juga harus disadari. Memang Indonesia mengalami kemajuan, dari sisi bisnis, teknologi dan ekonomi, tapi dari sisi Ketuhanan Yang Maha Esa, bagaimana menurut anda?. Jika sudah membahas tentang Ketuhanan maka rentetannya adalah agama dan akhlak atau moral Bangsa. Adakah upaya Pemerintah untuk meningkatkan kualitas akhlak dan moral Bangsa yang nyata?. Hiburan ditelevisi dan media lainnya nyaris tanpa filter Ketuhanan, tidak ada pertimbangan perbaikan moral, yang ada hanyalah pertimbangan memajukan generasi dari sisi intelektual, Upaya restorasi Kecintaan Terhadap Tanah Air Yang salah satu wujudnya adalah Kecintaan Terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Nyaris tidak ada, entah sejak kapan Prinsip Yahudi menyelimuti Rumusan Pemerintahan Tanah Air Tercinta ini.

Dan masih banyak lagi yang harus kita Pelajari dan Intropeksi, lantas apa hubungannya dengan Banjir Yang Mengepung Jakarta dan Manado?, jika benar demikian mengapa tidak orang per orang saja yang dihukum oleh Tuhan?, mengapa harus sapu rata, sehingga anak kecil juga ikut menjadi korban?, itu adalah pertanyaan yang wajar namun salah. Seperti apa yang sering di dendangkan dalam syair pujian : "Wong Kang Sholeh Kumpulono", kalimat itu memiliki pengertian berlapis. Penulis sendiri juga tidak berani menyimpulkan secara tegas dan spesifik tentang hal ini, ini hanyalah wacana dan tindakan mawas diri untuk semua pihak. Namun semua artikel dan keterangan non ilmiah ini hanya berlaku untuk siapapun yang meyakini bahwa Tuhan Itu Benar-Benar Ada dan Pencipta sekaligus Pengendali Alam Semesta, dan Bagi siapa saja yang tidak meyakini hal itu, diharapkan dengan kerelaannya untuk tidak menjadi warga negara Indonesia, karena itu adalah Syarat Mutlak sesuai dengan Pancasila Ayat Pertama : Ketuhanan Yang Maha Kuasa.

Wahai Tuhan Pencipta Sekalian Alam, Wahai Tuhan Yang Mengatur Alam, Wahai Tuhan Yang Mengendalikan Angin, Air, Api dan Tanah, Wahai Tuhan yang Maha Pengampun dan Memberi Keselamatan, ampunilah kami atas segala dosa dan kesalahan yang melampaui batas, Selamatkanlah Kami Semua Rakyat Indonesia dari Gejolak Semesta Yang Semuanya adalah dalam Kendali MU.

Demikianlah artikel kami tentang Banjir Jakarta dan Manado Hukuman atau Ujian atau Bukan Keduanya, Terimakasih atas kesediaan anda membaca dan mohon maaf atas segala kalimat yang kurang berkenan di hati dan pikiran anda. Dan mohon do'a seperti tertulis dengan huruf miring diatas untuk saudara-saudara kita di Jakarta dan Manado.

Salamun Qoulam Mirrobirrohiim.